
Fenomena Hallyu atau Gelombang Korea tidak lagi sekadar tren hiburan semata. Di Indonesia, dampaknya telah merembes jauh ke dalam industri makanan dan minuman (F&B). Mulai dari restoran cepat saji, produsen mi instan, hingga industri makanan ringan, semuanya berlomba menghadirkan nuansa Korea yang unik ke dalam produk mereka.
Bagi pelaku industri F&B, ini adalah peluang emas. Namun, pasar yang ramai juga berarti kompetisi yang ketat. Sekadar menempelkan label “Rasa Korea” pada kemasan tidak lagi cukup untuk memenangkan hati konsumen. Tantangan utamanya adalah menciptakan profil rasa yang tidak hanya otentik, tetapi juga memiliki karakter unik atau “Signature Taste”.
Di sinilah peran strategis sebuah perusahaan rasa di Indonesia menjadi sangat vital. Kolaborasi dengan ahli perisa diperlukan untuk menerjemahkan kompleksitas kuliner Korea ke dalam format industri yang efisien.
Mengapa Palet Rasa Korea Sangat “Market-Fit” di Indonesia?
Mengapa lidah masyarakat Indonesia begitu mudah menerima cita rasa Korea? Jawabannya terletak pada kesamaan profil rasa dasar. Kuliner Korea sangat mengandalkan elemen bold atau berani. Ada perpaduan rasa pedas yang menendang, gurih yang dalam (umami), serta sentuhan manis dan asam yang seimbang.
Karakteristik ini sangat mirip dengan preferensi kuliner lokal. Orang Indonesia menyukai makanan yang kaya bumbu dan memiliki rasa yang kuat. Misalnya, rasa pedas dari Gochujang (pasta cabai Korea) memiliki kemiripan sensasi dengan sambal lokal, namun dengan tambahan dimensi rasa fermentasi kedelai yang unik.
Kecocokan atau “Market-Fit” inilah yang membuat produk bernuansa Korea memiliki tingkat penerimaan yang tinggi. Konsumen tidak perlu waktu lama untuk beradaptasi. Rasa yang familiar namun memberikan sensasi baru adalah kunci sukses sebuah produk di pasar massal.
Profil Rasa Potensial untuk Produk Unggulan
Dalam mengembangkan produk baru, pemilihan varian rasa adalah langkah krusial. Ada beberapa profil rasa Korea yang telah terbukti sukses dan masih memiliki potensi besar untuk dieksplorasi lebih jauh oleh para produsen F&B:
- Bulgogi (Korean BBQ Beef): Ini adalah pintu masuk paling aman dan populer. Profil rasanya didominasi oleh gurih daging panggang, sentuhan smoky (asap), serta manis dari kecap asin dan buah pir. Sangat cocok untuk aplikasi snack ekstrusi, keripik, atau bumbu marinasi.
- Kimchi: Rasa ini menawarkan kompleksitas tinggi. Ada sensasi asam segar hasil fermentasi, pedas cabai, dan gurih bawang putih. Profil ini sangat diminati untuk produk mi instan, kacang atom, atau kerupuk.
- Yangnyeom (Spicy Fried Chicken): Varian ini memberikan rasa pedas manis yang lengket dan kaya rempah. Note bawang putih dan jahe biasanya cukup dominan, memberikan kehangatan yang disukai konsumen lokal.
- Tteokbokki: Fokus pada rasa pedas manis dengan tekstur rasa yang creamy dan savory.
Menghadirkan Otentisitas dengan Efisiensi Biaya
Salah satu dilema terbesar bagi tim R&D di perusahaan F&B adalah menyeimbangkan rasa otentik dengan biaya produksi (COGS). Menggunakan bahan baku asli seperti pasta Gochujang impor atau ekstrak daging sapi premium tentu akan melambungkan biaya produksi.
Solusinya terletak pada teknologi perisa. Sebuah perusahaan perisa di Indonesia yang kompeten mampu melakukan re-engineering profil rasa. Para flavorist dapat membedah komponen rasa dari masakan asli Korea, lalu menyusunnya kembali menggunakan bahan baku food grade yang lebih efisien namun tetap memiliki profil sensorik yang sama.
Dengan cara ini, produsen bisa mendapatkan top note (aroma awal) yang kuat dan body note (rasa inti) yang tebal tanpa harus mengimpor bahan mentah yang mahal. Selain itu, penggunaan perisa buatan menjamin konsistensi rasa di setiap batch produksi, sesuatu yang sulit dicapai jika hanya mengandalkan bahan alami yang fluktuatif.
Kunci Menciptakan “Signature Taste”
Lantas, bagaimana agar produk tidak terasa pasaran? Kuncinya ada pada kustomisasi atau tailor-made flavor. Menggunakan perisa standar yang dijual bebas (off-the-shelf) akan membuat produk terasa identik dengan kompetitor.
Menciptakan “Signature Taste” berarti merancang struktur rasa yang spesifik untuk satu brand. Misalnya, alih-alih hanya memesan rasa “Bulgogi” biasa, produsen bisa meminta profil “Smoky Charcoal Bulgogi with Honey Glaze”. Atau untuk rasa Kimchi, bisa dimodifikasi menjadi “Extra Spicy Kimchi with Lime Hint” untuk memberikan kesegaran yang cocok dengan iklim tropis.
Detail kecil seperti tingkat keasaman, intensitas smoky, atau level pedas inilah yang akan diingat oleh konsumen sebagai identitas produk tersebut.
Berkolaborasi dengan Falmont: Mitra Manufaktur Rasa di Asia
Untuk mewujudkan visi rasa tersebut, pemilihan mitra strategis tidak boleh sembarangan. Falmont hadir sebagai solusi bagi industri F&B yang membutuhkan lebih dari sekadar penjual perisa. Sebagai perusahaan manufaktur rasa yang berfokus pada pasar Asia, Falmont memahami betul nuansa rasa yang diinginkan oleh lidah Asia, khususnya preferensi unik pasar Indonesia terhadap kuliner Korea.
Falmont tidak hanya menyediakan katalog rasa, tetapi juga bertindak sebagai konsultan R&D. Dengan teknologi terkini dan pemahaman mendalam tentang tren pasar, Falmont membantu meracik formula perisa yang presisi. Hal ini memastikan produk akhir tidak hanya enak, tetapi juga stabil saat diproses (tahan panas), halal, dan efisien secara biaya.
Bekerja sama dengan ahli rasa seperti Falmont memungkinkan terciptanya inovasi produk yang memiliki karakter kuat. Di tengah gempuran produk sejenis, memiliki “Signature Taste” adalah investasi jangka panjang untuk membangun loyalitas konsumen dan memenangkan persaingan pasar.